Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Februari 2012

Apa sih jurnal itu...????



TATA CARA
PENULISAN JURNAL

Dosen Pembimbing:
                              Agustine Nurhayati, S.Pd., M.Pd.  

Di susun oleh:

     Mar’atus Sholikhah 10-550-0281


UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA/2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmatnya, saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Tata Cara Penulisan Jurnal”.
Tak lupa, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, serta kepada pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini saya susun dengan maksud agar dapat membantu mahasiswa-mahasiswa lain maupun orang yang membutuhkannya. Agar informasi yang kami berikan dapat bermanfaat untuk ke depannya.
Saya selaku penulis makalah, menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus saya perbaiki mengingat kemampuan saya yang terbatas. Oleh karena itu, penulis selalu mengharap adanya kritik serta saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.


Surabaya, 3 Desember  2011
Penulis,

PEMBAHASAN

A.   Pengertian Jurnal
Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet ber-seri berisi bahan yang sangat diminati orang saat di terbitkan.
B.   Tujuan Penerbitan Jurnal
Tujuan penerbitan jurnal ilmiah, pada awalnya adalah untuk memungkinkan para filsuf dan ilmuwan mengomunikasikan ide dan pemikiran mereka kepada orang lain yang tertarik dalam subjek yang sama atau yang berdekatan. Alasan yang  sama juga berlaku saat ini. Komunikasi melalui jurnal lebih cepat, dan bahkan lebih cepat lagi dengan versi elektronik, dibandingkan dengan publikasi buku. Publikasi buku dapat dilakukan setelah publikasi jurnal, atau publikasi jurnal merupakan satu-satunya rekaman yang tersedia. Jurnal jenis ini biasanya diterbitkan oleh masyarakat/asosiasi profesi atau ilmiah, universitas atau institusi belajar lainnya, atau penerbit komersial.
C.   Macam dan Jenis Jurnal
Ada berbagai macam jenis jurnal, antara lain:
·         Jurnal ilmiah: Terbitan berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati saat di terbitkan.
·         Jurnal Akuntansi: Semua transaksi keuangan suatu badan usaha atau organisasi yang di catat secara kronologis dan bertujuan untuk pendataan. Dalam akuntansi di kenal 2 macam jurnal,yaitu:
Ø  Jurnal umum: Catatan akuntansi permanen yang pertama, yang di gunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan secara kronologis dengan menyebutkan akun yang ada di debet maupun kredit.
Ø  Jurnal khusus: Jurnal yang dapat di kelompokkan sesuai dengan jenis transaksinya.




Selain jurnal, masih ada berbagai macam tebitan berkala, antara lain:
·         Majalah: Terbitan berkala yang bukan harian, setiap keluar di beri halaman terpisah, biasanya di identifikasi dengan tanggal dan bukan nomor ber-seri.
·         Bulletin: Terbitan berkala resmi yang di keluarkan lembaga atau organisasi profesi ilmiah serta memuat berita, hasil, dan laporan kgiatan dalam satu bidang.
·         Warkat warta: Terbitan pendek berisi berita, termasuk kemajuan keilmuan yang berisi catatan singkat yang mengutarakan materi secara umum dan tidak mendalam.
Selain itu, dari sisi teknis isi ada 3 macam berkala ilmiah, yaitu:
·         Majalah teknis ilmiah: Majalah yang memuat hasil dan temuan baru penelitian. Biasanya di gunakan sebagai sarana untuk komunikasi para pakar spesialis.
·         Berkala semi ilmiah: Terbitan berkala yang memuat tulisan teknis dengan cakupan yang bersifat siklopedia dan di tujukan bagi mereka yang bukan ahli atau spesialis dalam bidang yang di maksudkan.
·         Berkala sekunder: Berisi  abstrak atau ringkasan majalah primer yang disebut pula berkala penyari (abstracting jurnal).
Selain itu, untuk keperluan pendidikan ada pula yang di sebut berkala tinjauan yang memuat berbagai artikel ilmiah sejenis yang terbit beberapa tahun terakhir untuk memberikan gambaran kemajuan menyeluruh suatu topik. Berdasarkan macam, pengertian, dan jenis jurnal di atas, yang di maksud dengan jurnal ilmiah adalah terbitan berkala yang berisi kajian-kajian ilmiah yang spesifik dan dalam bidang tertentu.
D.   Perbedaan Jurnal dan Artikel
Jurnal merupakan terbitan berkala berbentuk pamflet, sedangkan artikel menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah karya tulis lengkap. Misalnya, laporan berita atau esai dalam majalah. Menurut definisi ini, sebuah artikel idealnya membahas seluk beluk suatu tema secara tuntas. Oleh karena itu, beberapa orang mencoba untuk merinci ciri-ciri sebuah artikel sebagai berikut:

·         Lugas
·         Logis
·         Tuntas
·         Objektif
·         Cermat
·         Jelas dan padat
Akan tetapi, karena tidak adanya aturan baku sebuah artikel, maka sebagian orang menyanggah pendapat mengenai ciri-ciri artikel di atas. Karena, penulisan artikel bisa tergantung oleh tujuan penulisan artikel tersebut.
Tujuan pembuatan artikel antara lain:
·         Tujuan Penugasan
·         Tujuan Informasi
·         Tujuan Persuasi (membujuk)
·         Tujuan Entertainment
·         Tujuan Eksistensi
·         Tujuan Kreatif
·         Tujuan Pemecahan masalah
E.   Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penulisan Jurnal
·         Maksud dan tujuan penulisan jurnal
·         Ruang lingkup jurnal tersebut
·         Bahasa yang di gunakan dalam jurnal
·         Bentuk naskah jurnal
·         Isi naskah jurnal
·         Judul karangan dan nama pengarang
·         Daftar pustaka
·         Alamat redaksi
F.    Desain Jurnal
Desain adalah suatu rencana yang didasarkan pada suatu konsep yang dibuat sebelum menerbitkan suatu jurnal. Sedangkan ukuran, bentuk dan penampilan atau struktur pengaturan elemen-elemen jurnal disebut format. Dan cara elemen-elemen diatur pada halaman tertentu disebut tata letak ( lay out ).
Dalam semua komunikasi cetak, desain yang baik dapat membantu dan menyinari isinya. Kombinasi desain yang baik dan isi yang miskin bisa gagal, tetapi apa yang tampil miskin dengan isi yang bagus kadang-kadang mampu bertahan dan berhasil baik.  
G.  Format dan Isi Jurnal
Artikel jurnal atau karya tulis ilmiah bergaya jurnal, biasanya terdiri dari bagian-bagian seperti: Judul, pengarang dan afiliasi institusi, abstrak, pengantar, metode, hasil, diskusi, penghargaan, dan rujukan.
Susunan bagian yang akan tampil dalam suatu artikel jurnal adalah sebagai berikut:
Proses
Bagian
Apa yang telah saya lakukan secara singkat?
Abstrak
Apa masalahnya?
Pengantar
Bagaimana saya memecahkan masalah tersebut?
Bahan-bahan dan metode
Apa yang saya temukan?
Hasil
Apa maknanya?
Diskusi
Siapa yang membantu?
Penghargaan
Karya siapa yang saya rujuk?
Rujukan
Informasi tambahan
Lampiran

Ø  Judul, Nama Pengarang, dan Afiliasi Institusi

Fungsi:
Artikel biasanya dimulai dengan judul singkat yang menggambarkan isi karya tersebut. Sebaiknya menggunakan kata-kata deskriptif yang benar-benar berhubungan dengan isi karya. Kebanyakan pembaca akan menentukan karya tersebut melalui database elektronik dengan menelusur kata kunci yang ditemukan pada judul.
Format:
·         Judul sebaiknya diketengahkan pada bagian atas halaman pertama, tidak digaris bawah ataupun cetak miring.
·         Nama pengarang (pengarang utama pertama) afiliasi institusi dicantumkan dua spasi setelah judul dan diketengahkan. Jika pengarang lebih dari dua, nama dipisahkan dengan tanda koma, kecuali untuk nama terakhir dipisahkan dengan menggunakan kata “dan”.

Ø  Abstrak

Fungsi:
Abstrak adalah ringkasan aspek-aspek utama dari keseluruhan karya tulis, biasanya dalam satu paragraf dengan urutan sebagai berikut:
1.      Masalah yang diselidiki (atau tujuan), (diambil dari pengantar). Sebutkan tujuan dengan jelas pada kalimat pertama atau kedua.
2.      Rancangan percobaan dan metode yang digunakan, (diambil dari metode). Ungkapkan dengan jelas rancangan dasar studi, sebutkan atau uraikan dengan ringkas metodologi dasar dan teknik kunci yang digunakan.
3.      Temuan utama termasuk hasil kuantitatif, atau kecenderungan (diambil dari hasil). Laporkan semua hasil dengan menjawab masalah yang telah dikemukakan, identifikasi kecenderungan, perubahan relatif atau perbedaan-perbedaan, dsb.
4.      Ringkasan interpretasi dan kesimpulan (diambil dari diskusi). Sebutkan dengan jelas implikasi dari hasil yang diperoleh.
Jika judul dapat memberikan pernyataan sangat sederhana tentang isi suatu artikel, maka abstrak memberikan uraian lebih terperinci untuk masing-masing aspek utama dari karya tersebut. Setiap aspek dapat terdiri dari dua atau tiga kalimat. Abstrak membantu pembaca untuk memutuskan apakah mereka ingin membaca seluruh karya tersebut. Abstrak merupakan satu-satunya bagian dari suatu karya yang dapat diperoleh melalui penelusuran literatur elektronik, atau abstrak yang dipublikasikan.
Ø  Pengantar
Fungsi:
1.      Memperlihatkan konteks dari karya yang diperlukan. Pengantar diisi dengan mendiskusikan literatur utama penelitian (dengan kutipan) dan meringkaskan pemahaman kita terkini tentang masalah yang diselidiki.
2.      Menyatakan tujuan dari karya dalam bentuk hipotesis, pertanyaan, atau masalah yang diselidiki.
3.      Menjelaskan dengan ringkas dasar pemikiran atau alasan dan pendekatan,dan jika memungkinkan, hasil yang mungkin diperoleh dari hasil studi tersebut.

Suatu pengantar harus dapat menjawab pertanyaan:apa yang telah saya pelajari? Mengapa hal tersebut menjadi suatu masalah yang penting? Apa yang kita ketahui tentang hal tersebut sebelum saya melakukan studi ini? Bagaimana studi ini bisa memajukan pengetahuan?.
Ø  Metode
Dalam bagian ini, kita menguraikan dengan jelas bagaimana kita melaksanakan studi tersebut, dengan struktur dan organisasi sebagai berikut:
1.      Subjek yang digunakan (tumbuhan, hewan, manusia,dsb.) dan penanganannya, kapan dan dimana studi tersebut dilakukan (jika lokasi dan waktu menjadi faktor penting).
2.      Jika studi lapangan, suatu uraian tentang tempat studi termasuk fitur fisik dan biologis dari lokasi yang sesungguhnya.
3.      Percobaan atau rancangan sampel (antara lain bagaimana percobaan atau studi distrukturisasi, contoh, kontrol, perlakuan, variabel yang diukur, berapa banyak sampel yang kumpulkan, replikasi, dsb.).
4.      Protokol untuk pengumpulan data, antara lain bagaimana prosedur penyelidikan telah dilakukan.
5.      Bagaimana data tersebut dianalisis (prosedur statistik yang digunakan).
Penyajian sebaiknya diorganisasikan sehingga pembaca akan memahami alur logis dari penyelidikan tersebut, untuk itu diperlukan sub-heading. Secara umum, diberikan rincian kuantitatif (berapa banyak, berapa lama,kapan, dsb.) tentang prosedur penyelidikan tersebut sehingga ilmuwan lain dapat mereproduksinya. Kita juga harus menjelaskan prosedur statistik yang digunakan untuk menganalisis hasil, termasuk tingkat probabilitasnya.
Ø  Hasil
Fungsi:
Menyajikan hasil utama secara objektif, tanpa interpretasi dalam suatu susunan logis dan teratur menggunakan bahan ilustratif (tabel dan gambar) maupun teks. Ringkasan analisis statistik dapat dimuat dalam bentuk teks (biasanya dalam tanda kurung) tabel atau gambar yang relevan (dalam bentuk legenda atau catatan kaki terhadap tabel atau gambar). Hasil seharusnya diorganisasikan dalam suatu seri tabel dan atau gambar secara berurutan untuk menyajikan temuan utama dalam susunan logis.
Ø  Diskusi
Fungsi:
Untuk menginterpretasikan hasil yaitu apa yang telah diketahui tentang subjek penyelidikan tersebut, dan menjelaskan pemahaman baru terhadap masalah yang telah dikemukakan dengan memperhatikan hasil yang diperoleh.
Ø  Penghargaan
Jika di dalam penyelidikan tersebut kita memperoleh suatu bantuan penting dalam hal pemikiran, perancangan, pelaksanaan pekerjaan, atau memperoleh bahan-bahan dari seseorang, kita harus menghargai bantuan mereka atas layanan atau bahan-bahan yang disediakan.
Ø  Rujukan
Fungsi:
Bagian rujukan atau literatur yang dikutip menyajikan suatu daftar rujukan yang benar-benar dikutip dalam karya tulis, yang disusun secara alfabetis. Di dalam tulisan (terutama pada pengantar dan diskusi), setiap merujuk pada suatu sumber informasi, kita harus membuat kutipan darimana informasi tersebut diperoleh. Cara paling sederhana untuk itu adalah dengan menggunakan tanda kurung, dan mencantumkan nama akhir pengarang dan tahun publikasi di dalamnya. Beberapa jurnal seperti science, menggunakan sistem nomor untuk rujukan.




  



Rabu, 15 Februari 2012

Mengatasi Rasa Malu..............



ANALISIS MORAL
 DALAM BUKU
 “MENGATASI RASA MALU”
Dosen Pengampu
Agustine Nurhayati, S.Pd., M.Pd.
Mar’atus Sholikhah
10-550-0281

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MATEMATIKA
2012



KATA PENGANTAR
                                                                          
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmatnya, saya dapat menyelesaikan laporan analistis tentang “ Rasa Malu” ini.
Tak lupa, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, serta kepada pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Makalah ini saya susun dengan maksud agar dapat membantu mahasiswa-mahasiswa lain maupun orang yang membutuhkannya. Agar informasi yang saya berikan dapat bermanfaat untuk ke depannya.
Saya selaku penulis laporan, menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus saya perbaiki mengingat kemampuan saya yang terbatas. Oleh karena itu, penulis selalu mengharap adanya kritik serta saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Terima kasih.


Surabaya, 12 Januari 2012
Penulis,



DAFTAR ISI

Ø  Halaman Judul.................................................................................................. i
Ø  Kata Pengantar............................................................................................... ..ii
Ø  Daftar Isi.......................................................................................................... iii
Bab I
Ø  Pendahuluan
·         Latar Belakang..................................................................................... 1
·         Rumusan Masalah................................................................................. 2
·         Tujuan................................................................................................... 2
Bab II
Ø  Permasalahan yang Timbul............................................................................... 3      
Ø  Pembahasan Sederhana
·         Pengertian Rasa Malu........................................................................... 4
·         Jenis-jenis Rasa Malu............................................................................ 5
·         Ciri-ciri Orang yang Pemalu................................................................. 5
·         Faktor-faktor yang Memengaruhi Rasa Malu....................................... 6
·         Hubungan Rasa Malu Dengan Pergaulan Sosial.................................. 8
·         Cara Mengatasi Rasa Malu................................................................... 8
·         Pemanfaatan Rasa Malu....................................................................... 10
Bab III
Ø  Penutup
·         Simpulan............................................................................................... 13
·         Saran..................................................................................................... 14
Ø  Daftar Pustaka.................................................................................................. 15





BAB I
PENDAHULUAN

A  Latar Belakang

Masyarakat semakin hari semakin mempunyai banyak pemikiran. Variasi pemikiran tersebut karena adanya perubahan jaman yang mulai memacu menuju pada taraf yang lebih canggih. Banyak kita temukan hal-hal yang membuat seseorang menjadi cemas dan kadangkala sampai pada taraf depresi. Salah satu kecemasan sosial yang selama ini dihadapi oleh orang-orang adalah perasaan malu dan rendah diri. Orang tua merasa cemas dan risau melihat anaknya mempunyai sikap yang pemalu. Sementara orang yang berambisi ingin suksespun merasa cemas memikirkan keadaannya yang selalu rendah diri dan tak mampu melakukan pergaulan dengan teman-teman atau orang lain. Ketahuilah bahwa kemajuan negara semakin cepat melesat. Dan masyarakatpun ikut berubah dengan dramatisnya pada akhir-akhir ini. Kita jumpai manusia demi manusia, inipun akan memengaruhi kita dalam hal bergaul.
Jika kita mempunyai rasa malu yang tinggi, maka selamanya kita tak akan pernah dapat bermasyarakat dan bergaul. Orang pemalu memang tergolong orang yang tak beruntung dalam hidupnya. Adalah tepat jika ada pepatah kuno yang mengatakan “Malu bertanya sesat di jalan”. Seorang yang pemalu, hidupnya tak akan mengalami kesuksesan yang memuaskan. Mereka tak akan mampu menduduki puncak karir tertinggi. Lebih-lebih kalau rasa malunya sudah parah, orang itu akan cenderung menutup diri, menyendiri, dan akhirnya merasakan suatu kesepian dan tekanan jiwa ( depresi ). Agar kita dapat menghindari maupun mengatasi rasa malu yang merugikan, terlebih dahulu kita harus mengenali tentang rasa malu itu sendiri.
Untuk itulah, laporan ini saya buat. Saya merasa perlu menyampaikan tentang bagaimana mengatasi rasa malu, karena kehidupan kita tidak lepas dari pergaulan dengan orang lain.



BAB II
PERMASALAHAN

Dilihat dari isi buku, ada beberapa masalah yang timbul. Permasalahan itu antara lain:

1.      Apa definisi dari rasa malu?
2.      Apa sajakah jenis-jenis dari rasa malu?
3.      Bagaimana ciri-ciri orang yang pemalu?
4.      Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi munculnya rasa malu?
5.      Bagaimana hubungan rasa malu dengan pergaulan sosial?
6.      Bagaimana cara mengatasi rasa malu?
7.      Bagaimana memanfaatkan rasa malu?



BAB III
PEMBAHASAN

A   Pengertian Rasa Malu         
Selama ini, kita menganggap rasa malu adalah sesuatu yang tidak mengenakkan dalam pergaulan, canggung, dan merasa kurang bebas. Selain itu, kita juga beranggapan bahwa orang pemalu adalah orang yang pendiam, tidak suka bergaul dengan orang lain, dan menutup diri. Rasa malu identik dengan rasa rendah diri, dimana perasaan malu dan rendah diri adalah suatu perasaan yang menyiksa dan membatasi pergaulan. Perasaan malu adalah perasaan gelisah yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain atas dirinya.
Malu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa definisi. Definisi yang pertama yaitu merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya). Sebagai contoh yaitu seseorang akan merasa malu karena kedapatan sedang mencuri uang,  atau merasa malu menemui orang lain karena belum mandi. Sudah menjadi fitrah manusia jika melakukan hal-hal diatas pasti timbul perasaan malu dan hal tersebut sangat wajar.
Definisi yang kedua yaitu segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, sedikit takut, dan sebagainya. Pada konteks malu yang kedua ini, apabila kita mampu menempatkan rasa malu pada posisi dan kadar yang tepat, sudah pasti kehidupan bermasyarakat kita akan lebih harmonis. Definisi yang ketiga yaitu kurang senang (rendah, hina, dan sebagainya). Seperti merasa malu berada di tengah-tengah orang penting.
Manusia jika berada ditengah-tengah komunitas yang lebih tinggi pasti akan timbul rasa malu seperti dalam konteks kurang senang diatas. Rasa malu dan rendah diri menurut pandangan para psikiater dan para ahli adalah suatu hal yang disebabkan karena terus menerus menyalahkan keberadaan diri sendiri.
B   Jenis-jenis Rasa Malu
Semua manusia memiliki rasa malu dalam dirinya. Malu dalam melakukan hal-hal yang positif atau sebaliknya yaitu melakukan hal-hal negatif. Saat ini, rasa malu tersebut sudah bergeser. Dimana banyak orang yang merasa malu jika melakukan atau mempunyai hal-hal yang berbeda dalam hal positif. Tetapi, tidak malu apabila melakukan hal-hal yang tidak baik di depan umum. Parahnya lagi, malah mengelak. Rasa malu dibagi menjadi 2 jenis, yaitu rasa malu yang terpuji dan tercela. Rasa malu yang terpuji adalah rasa malu yang disebabkan karena telah melakukan  hal-hal buruk atau tercela. Rasa malu yang terpuji inilah yang harus kita miliki dan tanamkan dalam hati.
Sedangkan rasa malu yang tercela adalah rasa malu yang muncul ketika aktifitas pergaulan sosial, selalu merasa rendah diri ataupun malu berbuat baik.
Sangat disayangkan jika mempunyai rasa malu ini. Justru rasa malu seperti ini harus dihilangkan, karena kita tidak akan mampu berkembang dan hidup bermasyarakat dengan baik. Seperti contoh malu saat bergaul, menemui tamu, berbicara dalam forum, ataupun hanya sekedar menegur sapa seseorang. Perbuatan baik seharusnya kita lakukan dengan penuh suka cita dan kebanggaan. Tapi saat ini, tidak sedikit juga orang yang merasa enggan dan malu saat melakukan perbuatan baik. Misalnya menyampaikan hal-hal yang berkenaan dengan agama kepada orang lain. Dalam pergaulan seperti pada jaman sekarang ini, tampaknya seseorang yakin melakukan dan menyampaikan kebaikan agama dianggap orang ketinggalan jaman. Anggapan yang salah itulah yang menyebabkan seseorang cenderung merasa enggan dan malu. 
C   Ciri-ciri Orang yang Pemalu
Umumnya ciri anak pemalu, antara lain:

Ø  Anak tersebut terlalu sensitif dengan keadaan di sekitarnya.
Ø  Sering ragu-ragu.
Ø  Selalu gelisah setiap berjalan di depan kerumunan orang banyak.
Ø  Sering terisolir.
Ø  Anak tersebut sering murung.
Ø  Mukanya merah padam ketika mendapat kritikan dan lain sebagai-nya.
Ø  Anak tersebut sulit bergaul.
           
D   Faktor-faktor  yang Memengaruhi Munculnya Rasa Malu

Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi munculnya rasa malu, antara lain:

·         Unsur keturunan

Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir, anak tersebut terlihat agak sensitif. Kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan sang ibu ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun, hal ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang yang pemalu.





·         Masa kanak-kanak kurang gembira

Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan semasa kanak-kanak. Misalnya orang tua sering berpindah-pindah, bercerai, meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya.

Semua pengalaman itu menyebabkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.
                            
·         Kurang bermasyarakat

Sifat pemalu akan terjadi jika anak hidup dengan latar belakang dimana ia diabaikan oleh orang tuanya, dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, dan terlalu dikekang. Akibatnya, mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.

·         Perasaan rendah diri

Perasaan malu dapat timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku, atau punya kebiasaan yang buruk. Maka, anak itu akan berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain.

Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di keramaian.




·         Pandangan orang lain

Banyak anak menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia seorang pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu.

·         Keadaan berubah

Keadaan hidup yang berubah, biasanya membuat seseorang yang sebelumnya bukan pemalu akhirnya merasa rendah diri. Misalnya orang yang hidup melarat, padahal sebelumya kaya raya dan tergolong sukses, orang yang kehilangan seseorang yang dicintai, seseorang yang keadaan tubuhnya mengalami cacat, dan seseorang yang melahirkan anak yang terbelakang atau cacat jasmani.

Inilah yang umum terjadi dan menimpa sekian banyak orang-orang yang melahirkan seperti itu. Mungkin orang tua akan merasa kehilangan rasa hormat dan tidak tahu bagaimana harus bersikap kepada masyarakat.

Apalagi jika melihat tetangganya yang mempunyai anak-anak yang sehat serta lincah. Hal semacam itu tak lain halnya merupakan suatu pukulan batin yang berat dan hanya akan melahirkan rasa rendah diri.

E   Hubungan Rasa Malu Dengan Pergaulan Sosial

Perilaku sosial sangat erat kaitannya dalam pergaulan kita dengan orang-orang setiap hari. Salah satu penghambat hubungan kemasyarakatan ini adalah rasa malu. Kehidupan kita tidak lepas dari pergaulan dengan orang lain.
 Kita akan dapat menjalin hubungan yang baik jika memiliki kepandaian bergaul, tidak merasa rendah diri dan mempunyai perilaku sosial yang simpati.

Dalam pengertian yang paling umum, perilaku sosial adalah apa yang dilakukan bila berada di antara orang lain. Sedangkan situasi sosial adalah suatu keadaan dimana dan kapan kita harus berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Pada saat-saat tertentu, kita dittuntut untuk lebih mampu melakukan keterlibatan pembicaraan dengan orang lain.

Belajar hidup bermasyarakat merupakan langkah awal yang sangat penting agar rasa rendah diri tak akan ada dalam sikap dan perilaku kita. Orang yang senang berorganisasi sejak kecil, sering mengikuti bakti sosial, maupun berurusan dengan orang banyak, tak ada wajah-wajah pemalu. Sikap pemberani itu disebabkan karena sudah terlatih, sehingga selalu percaya pada diri sendiri. Lain halnya dengan orang-orang pemalu, sejak kecil sampai dewasa tidak pernah membaur dalam kegiatan sosial. Ia selalu menutup diri, sehingga jika pada situasi sosial tertentu ia diperlukan, maka sebelumnya sudah berkeringat dingin. Oleh sebab itu, dalam bermasyarakat diperlukan untuk belajar bergaul sejak awal. Sifat pemalu juga dapat berasal dari akibat atau hasil belajar ketika masa-masa perjalanan hidup kita. Orang dilahirkan pada dasarnya sama, tetapi keadaan dan lingkungan sosial yang memengaruhi kita.    

F   Cara Mengatasi Rasa Malu

Mempelajari aturan dan tata cara berperilaku sosial sangat membantu untuk mengatasi kecemasan yang disebabkan karena adanya rasa malu dan rendah diri.

Selain itu, langkah langkah pertama yang harus ditanamkan dalam hati adalah kita harus percaya bahwa bukan hanya kita yang mengalami persoalan rasa rendah diri di dunia ini atau di sekitar hidup kita.


Berikut adalah solusi untuk mendorong anak  pemalu menjadi anak yang PD:
a). Kontak mata
Ketika berbicara dengan anak, minta ia untuk selalu menatap mata kita. Dengan memaksa dan menerapkannya setiap waktu, lambat laun anak akan terbiasa melakukan kontak mata dengan lawan bicara. Jika anak tidak merasa nyaman menatap tepat di mata lawan bicara, ajarkan ia untuk menatap di puncak hidung di antara kedua mata orang di hadapannya. Dengan praktik berulang kali, anak tidak akan memerlukan teknik ini lagi dan lebih percaya diri untuk menatap langsung mata lawan bicaranya.

b). Melatih percakapan

Buatlah daftar berisi kalimat pembuka percakapan yang mudah digunakan anak untuk bercakap-cakap dengan berbagai kelompok orang. Misalnya orang yang telah dikenalnya, orang yang belum pernah ditemuinya, teman lama yang jarang dijumpainya, anak baru di Sekolah, atau anak yang sering bermain dengannya. Setelah itu, ajak anak berlatih menggunakan kalimat-kalimat tersebut sampai merasa terbiasa dan nyaman mengucapkannya. Salah satu trik yang dapat  digunakan oleh anak adalah memraktikkan perbincangan lewat telepon. Dengan demikian, anak tidak akan merasa terlalu tertekan seperti pada saat melakukan pembicaraan tatap muka.
                                      
c). Berlatih sosialisasi          

Siapkan anak untuk menghadiri acara sosial yang akan segera diselenggarakan dengan menjelaskan latar, ekspektasi, serta para tamu yang kira-kira akan datang ke acara itu. Kemudian, bantu anak berlatih bagaimana cara bertemu orang lain, tata krama di meja makan, keterampilan dasar berbicara, bahkan sampai cara mengucapkan perpisahan.
d). Lawan berlatih
                                   
Philip Zimbardo, yang terkenal sebagai pakar mengatasi rasa malu, merekomendasikan untuk memasangkan anak pemalu dengan anak yang lebih muda darinya untuk berlatih dalam periode singkat. Ciptakan kesempatan bagi anak untuk bermain dengan anak lain yang lebih muda darinya. Misalnya, adik, sepupu, anak tetangga, maupun salah satu anak kenalan kita.

 Jika anak yang pemalu berusia remaja, cobalah menyuruhnya mengasuh anak kecil untuk memraktikkan keahlian bersosialisasi yang enggan di-praktikkannya dengan anak-anak seusianya.

e). Satu lawan satu

Dr. Fred Frankel, seorang psikolog dan pembentuk Program Pelatihan Kemampuan Bersosialisasi UCLA, menyarankan permainan satu lawan satu sebagai cara terbaik bagi anak untuk membangun rasa percaya diri.

Dorong anak mengundang seorang temannya untuk bermain bersama selama beberapa jam hingga saling mengenal dan memraktikkan keahlian dalam hal berteman. Sediakan makanan kecil sebagai camilan dan cegah interupsi sedapat mungkin dari aktifitas mereka. Serta jangan ijinkan anak menyalakan televisi selama sesi bermain tersebut. 
                                                                                       
G   Pemanfaatan Rasa Malu
Selain penjelasan di atas, kita juga dapat memanfaatkan rasa malu agar lebih bermanfaaat.
Rasa malu merupakan emosi moral negatif yang ada pada diri seseorang. Malu didefinisikan sebagai salah satu bentuk rasa rendah diri, ekstrim yang terjadi ketika anak-anak merasa gagal memenuhi harapan orang lain dalam bertindak.
Berdasarkan teori anatomi saraf, emosi-emosi ekstrim yang ditimbulkan oleh rasa malu cenderung menempuh jalan pintas, dan menghindari jalur normal ketika menuju tempat pencatatan informasi dan penyimpanan ingatan dalam otak.
Emosi ekstrim tampaknya sengaja menghindari bagian berpikir pada otak, yaitu korteks, dan mengirimkan sinyal-sinyal listrik langsung ke pusat pengendalian emosi pada otak, yaitu amigdala yang merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran dan ingatan emosi. Jadi, setiap pengalaman yang melibatkan emosi ekstrim akan memberikan efek langsung yang lebih nyata pada perilaku anak sekaligus efek jangka lebih panjang pada perkembangan kepribadian mereka.
Membuat anak merasa malu atas perbuatan anti sosialnya merupakan cara yang manjur untuk mengubah perilaku ini. Emosi negatif rasa malu dapat dimanfaatkan secara konstruktif untuk membentuk perilaku moral anak. Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan rasa malu:
·         Upaya mempermalukan harus diberikan apabila seorang anak tidak memiliki reaksi emosi setelah melakukan sesuatu yang seharusnya membuatnya malu.
·         Upaya mempermalukan harus dipertimbangkan sebagai strategi pengubahan perilaku yang sah apabila cara pendisiplinan yang lebih lunak dianggap gagal.
William Damon memberi satu contoh bagaimana tindak mempermalukan dapat diterapkan pada anak-anak yang tampaknya belum menunjukkan empati emosi yang diperlukan.
Dalam menerangkan sebuah program yang dirancang untuk meningkatkan motivasi empati pada remaja-remaja bermasalah yang tidak atau hampir tidak menyesali kejahatannya, meskipun korbannya mengalami cedera fisik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari aspek EQ dalam hal ini adalah:
a). Rasa malu bukanlah aspek emosi yang harus dijauhi. Apabila digunakan dengan tepat, emosi-emosi ini penting bagi orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai moral pada anak.
b). Penggunaan rasa malu secara tepat akan bergantung pada temperamen anak, tetapi penggunaan emosi ini dapat mengintegrasikan kembali anak kita dalam dukungan keluarga. 


                          DAFTAR PUSTAKA         

Sulhan, Najib, M.A. 2006. Pembangunan Karakter Pada Anak. Surabaya:
            Surabaya Intelektual Club.
 Nufandi, Reihan. 2000. Mengatasi Rasa Malu. Gresik: Putra Pelajar.
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah, B. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rose, Colin, & Nicholl, Malcolm, J. 2002. Accelerated Learning. Bandung:
          Nuansa.